Sunday, December 23, 2012

My Story #6


GIMSCO 2012, Jogjakarta


Assalammualaikum. Bismillah, kali ini saya mau bercerita tentang pengalaman saya mengikuti olimpiade anatomi di FK UGM dengan judul kegiatan GIMSCO. GIMSCO (Gadjah Mada Indonesian Medical Science Olympiad) adalah salah satu program kerja MSC (Medical Study Club) FK UGM dengan tema “Mortui Vivos Docent”, bekerja sama dengan Bagian Anatomi, Embriologi & Antropologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Anatomi dipilih sebagai bidang ilmu yang dilombakan karena pentingnya anatomi dalam dunia kesehatan serta dipelajari oleh seluruh mahasiswa kesehatan di seluruh dunia.


Ada beberapa babak lho untuk mencapai sang juara, nih tahapannya.

a.      Babak Penyisihan Pertama
            Babak ini bertujuan untuk mengambil 24 tim yang dapat melaju ke babak penyisihan kedua. Naelin Nikmah dan Himatun Istijabah berhasil lolos dari babak ini. Sistem penyisihan menggunakan 100 soal yang ditayangkan pada slide dimana 1 soal berisi 1-2 pertanyaan, dan terdapat ilustrasi anatomi di dalamnya.
            Setiap slide diberikan waktu untuk menjawab selama 30-60 detik, tergantung kesulitan masing-masing soal. Babak ini dikerjakan bersama pasangan tim (dimana 1 tim terdiri atas 2 orang). Bukan hanya mengidentifikasi struktur, peserta juga diharapkan menguasai setiap aplikasi klinis yang ada pada struktur. Mayoritas soal merupakan soal tentang neurologi. Adapun bentuk pertanyaan yang muncul dalam babak ini antara lain:
1)      struktur yang ditunjuk
2)      aplikasi klinis dari struktur tersebut (penyakit yang berkaitan)
3)      metode klinis pengobatan terkait penyakit pada struktur tersebut
4)      gejala klinis penyakit pada struktur yang ditunjuk
5)      jaringan yang menyusun
6)      inervasi dan vaskularisasi
b.      Babak Redemption
            Babak redemption bertujuan untuk mengambil 8 tim dari sisa tim yang belum lolos ke babak penyisihan kedua. Sistem penyisihan hampir sama dengan babak penyisihan pertama, namun dibedakan dari bentuk soal yang tidak ditayangkan pada slide namun dicetak dan ditempel pada meja. Peserta akan melakukan pengerjaan soal secara individual, berpindah-pindah dari satu soal ke soal berikutnya. Nilai tim merupakan jumlah dari peserta pertama dan peserta kedua dalam satu tim. Perlu diketahui bahwa jika jawaban benar bernilai +2 dan jika salah bernilai -1. Sayangnya, tim Unsoed lain (Saya dan Lilis Indri Astuti serta Andika Khalifah Ardi dan I Ngurah Ardi Wiratama) tidak lolos dari babak ini.
c.       Seminar Anatomi
            Seminar ini bertujuan untuk menambah wawasan peserta GIMSCO terkait tema tertentu, yaitu Sport Injury. Pemateri adalah salah satu dosen FK UGM yang pakar di bidangnya.
d.      Forum Group Discussion (FGD)
            Sesi ini bertujuan untuk mengakrabkan peserta antar universitas sekaligus memperdalam materi seminar dan mempertajam intuisi peserta. FGD dilaksanakan seperti PBL dengan sasaran belajar yang sudah ditentukan di awal karena keterbatasan waktu. Setiap kelompok terdiri dari 10-12 orang peserta dari berbagai universitas yang disusun secara acak. Pada akhir FGD setiap kelompok wajib mempresentasikan hasil studi kasus yang didiskusikan di depan forum dan menerima pertanyaan audiens.
e.      Lomba Pengakraban : Diagnose It!
            Sesi ini memiliki tujuan yang sama dengan FGD. Setiap kelompok mendapatkan duabelas amplop berisi sekitar 10 petunjuk tentang penyakit tertentu (mulai dari anamnesis hingga pemeriksaan penunjang). Masing-masing tim wajib untuk mendiagnosis suatu penyakit dari satu amplop sebelum berlanjut ke amplop berikutnya. Tim yang paling cepat akan memenangkan lomba ini. Sesi berjalan dengan sangat seru dan menyenangkan.
f.        Seminar : The Deaf Art Community
            Seminar ini ditujukan bagi peserta yang tidak lolos ke babak penyisihan kedua. Beberapa narasumber yang hadir adalah dari komunitas seni dimana pesertanya merupakan remaja dengan gangguan pendengaran. Mereka memberikan pertunjukan seni puisi visual, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan mengenai komunitas tersebut. Sesi ini memicu hati nurani peserta untuk dapat berempati pada mereka yang kurang beruntung. Sesi berakhir dengan foto bersama dan berlatih bahasa isyarat.
g.      Babak Penyisihan Kedua
            Bertujuan untuk menyeleksi 32 tim menjadi 12 tim untuk melaju ke babak semifinal. Sistem penyisihan dilakukan secara tentamen (istilah di UGM untuk identifikasi struktur di cadaver), dimana masing-masing peserta melakukan tentamen secara terpisah dari satu soal ke soal lainnya. Sistem minus masih berlaku. Hasil akhir nilai tim didapatkan dari jumlah nilai kedua peserta.
            Tipe soal yang keluar serupa dengan babak penyisihan pertama. Perlu diketahui bahwa cadaver di FK UGM lebih lengkap dan tersedia dalam setiap sistem tubuh manusia, sayangnya lebih tua dan beberapa sudah berjamur akibat kurang perawatan. Naelin Nikmah dan Himatun Istijabah tidak berhasil lolos ke tahap semifinal.
h.      Babak Semifinal
            Bertujuan untuk menyeleksi peserta dari 12 besar menjadi 3 besar, yang akan berkompetisi di babak final. Babak semifinal dilakukan dengan sistem Lomba Cerdas Tangkas (LCT), dimana terdapat babak wajib, babak rebutan, dan babak esai dimana peserta harus menjelaskan kepada dewan juri terkait suatu penyakit maupun suatu sistem anatomi secara mendetail (misalnya vaskularisasi otak dari aorta hingga kembali ke vena cava).
i.        Babak Final
            Didapatkan 3 besar yang bertarung dalam babak final. Babak ini terdiri dari soal (seperti babak penyisihan), tentamen, dan LCT dengan sistem dan tipe soal yang sama. Soal menjurus kepada aplikasi klinis, terutama persarafan.

Nah, manfaat yang dapat diambil dalam ajang ini bagi peserta adalah:
a.      Meningkatkan minat dalam pembelajaran anatomi secara lebih mendalam
b.      Meningkatkan keinginan untuk berkompetisi dalam dunia medis
c.       Meningkatkan keakraban dan komunikasi antar FK se-Indonesia
d.      Sebagai salah satu wadah evaluasi diri sekaligus evaluasi kurikulum anatomi masing-masing FK
e.      Sebagai salah satu wadah studi banding FK Unsoed ke FK UGM

Yang pasti, FK UGM telah berhasil melaksanakan event sebesar ini dengan sukses dan ciamik. Proficiat! Tak sabar kembali ke sana untuk GIMSCO selanjutnya ^_^
Gak rugi banget ikutan GIMSCO, banyak ilmu yang didapat :D

Nih foto-foto delegasi UNSOED di GIMSCO 2012 ahahaha




            

            


            








Keterangan, dari kiri pembaca: 
Mbak Hima, Mbak Naelin, Mbak Lilis
Mas Kaka, Saya, Mas Ardi

My Story #5

Hei teman, mau lihat jadwal blok CHEM III yang sedang saya lalui bersama mahasiswa FK UNSOED 2011 yang lainnya? Silakan download di http://www.4shared.com/office/oDBeyFAg/JADWAL_CHEM_III.html?

My Story #4

Dermatomuskuloskeletal dan Hal Lainnya

Bismillahirrahmanirrahim. DMS. Yap, blok yang membahas tentang kedokteran di bidang kulit, otot, dan tulang dengan bobot 8 SKS ini memang berat untuk dijalani, namun akhirnya selesai juga dengan bercucuran keringat dan emosi. Para pembaca yang tersayang, banyak sekali hal yang terjadi di blok ini.

Pertama. Jadwal dari blok ini sungguh sangat padat. Subhanallah, luar biasa sekali padatnya. Blok dengan 8 SKS yang idealnya dapat dilaksanakan dengan durasi 8 minggu dipadatkan menjadi 6 minggu. Setiap hari dari pukul 07.00 s.d. 17.00 dapat dipastikan bahwa mahasiswa kita akan stay di kampus untuk kuliah + praktikum + PBL + rapat. Anehnya, jadwal kuliah (menurut saya) tidak tersusun dengan kronologis. Beberapa materi yang dasar justru diberikan hampir di akhir blok (wow!) dan banyak perpindahan jadwal kuliah yang terjadi sehingga semakin akhir bloknya, semakin padat jadwalnya (karena ada penumpukan). Hal ini memang mungkin dan normal terjadi, mengingat dosen kami adalah dari RSU Provinsi Margono Soekardjo yang notabene sangat padat jadwalnya. Bahkan ada satu hari dengan ujian responsi sebanyak 7 laboratorium, dan di hari lainnya ada 5 ujian (SOCA, Peresepan, UTU 1, UTU 2, dan UTK). Subhanallah sekali. Yap, dari penjadwalan kuliah DMS ini, sedikit banyak sangat mengurangi kenikmatan saya dalam mempelajari blok yang sebenarnya amat menarik ini.

Kedua. Ujian. Hmm, akhirnya saya mengalami remed lagi untuk yang kesekian kalinya (haha). Mengingatkan lagi, selama belajar di kedokteran, saya sudah terkena remed dua kali sebelumnya yaitu pada SOCA blok CHEM I dan OSCE injeksi intravena pada blok HI. Bukan bermaksud untuk berkeluh kesah atau bagaimana, namun saya benar-benar ingin berbagi pengalaman saya pada para pembaca agar ada manfaat dan hikmah yang diambil. Alhamdulillah, saya diberikan kesempatan untuk belajar lebih dalam mengenai 3 hal (yang mana ketiganya merupakan ujian skill OSCE). Hecting (penjahitan luka), balut bidai (memberikan penatalaksanaan pertama pada luka, memar dan patah tulang), serta peresepan. Saya ceritakan ya, hehe. Pada dua hari sebelumnya, saya mengikuti acara BAKSOS BEM yang sangat menarik dan insya Allah bermanfaat bagi masyarakat di desa Besuki, Kecamatan Lumbir, Banyumas. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi fisik saya. Bukan bermaksud menyalahkan acara, saya terkadang kesal sendiri dengan pribadi saya yang cenderung tidak mempersiapkan ujian jauh-jauh hari, serta fisik saya yang mudah sekali jatuh dalam lelapnya debu kapas terbungkus kain (baca: bantal, guling, kasur). Saya terlalu lelah sepulang baksos tersebut, akhirnya saya tertidur untuk beberapa jam dan baru terbangun dini hari. Besoknya ada 5 ujian skill, sehingga saya langsung kebut untuk belajar semuanya secara tidak mendalam yang penting terbaca dahulu. Saya tidak sempat untuk mempraktikkan skill hecting dan balutbidai di rumah. Untuk hecting, saya hanya berlatih dalam prosedur penjahitannya saja, tidak secara komprehensif dari awal sampai akhir. Balut bidai apa lagi, saya tidak memiliki alatnya sehingga tidak sempat berlatih. Akhirnya saya tetap berangkat ke kampus dengan basmalah di hati nurani untuk berjuang, tak lupa meminta doa restu dari orang tua. Tadi saya sempat menyebutka ada 5 skill yang akan diuji dalam OSCE, betul? Skill pertama adalah anamnesis. Alhamdulillah berjalan lancar. Skill kedua adalah peresepan. Saya tidak sempat untuk membaca soal di depan pintu ruang ujian kedua (sebenarnya saya tidak tahu kalau ada soalnya). Saya hanya membuat resep sesuai dengan keluhan pasien pada stase anamnesis sebelumnya. Skill ketiga adalah penilaian kemampuan motorik. Alhamdulillah lancar. Skill keempat adalah hecting. Nah, ini dia. Saya tidak selesai melakukan hecting karena saya terkendala penggunaan handschoen sehingga memperlama waktu saya dalam pengerjaan skill. Padahal waktunya hanya 7 menit, alhasil saya tidak menyelesaikan jahitan yang seharusnya sudah dirampungkan dalam waktu itu. Skill kelima adalah balutbidai. Masya allah, karena rasa deg-degan dan penyesalan setelah stase hecting sebelumnya, saya tidak fokus dalam mengerjakan balutbidai. Akibatnya, saya salah dalam teknik membalut luka pasien. Padahal saya selesai lho sampai terakhir, namun sayangnya saat penguji memberitahu saya salah teknik, waktu terburu selesai. Huah, bunyi bel yang menyebalkan. Kriiiing, begitulah suara bel setiap 7 menit berakhir yang tandanya kita harus sudah menyelesaikan setiap stasenya. Saya pun turun dari lantai dua dengan keyakinan “saya remed pasti”. Yap, benar, saya pun memang remed pada hecting dan balut bidai. Namun yang mengejutkan, saya juga remed di peresepan. Padahal ujian ini insya Allah sudah cukup saya persiapkan dengan baik. Kesalahan utama adalah tidak membaca soal, kesalahan inilah yang paling utama membuat saya gagal di ujian ini.

Ketiga. Ujian Remedial. Kali ini saya benar-benar berlatih keras untuk mengerjakan skill yang belum saya kuasai sepenuhnya saat ujian kemarin. Dalam latihan di rumah, saya melakukan penjahitan secepat mungkin dari langkah awal hingga terakhir, alhamdulillah tembus sekitar 5 menit. Dengan pasien pura-pura yaitu mama dan alat pembalutan yaitu scarfnya mama (thanks mom!), saya juga alhamdulillah tembus sekitar 5 menit. Namun sayangnya saat ujian balutbidai, walaupun saya selesai dengan baik, ada sedikit kesalahan yang saya lakukan pada saat pengikatan alat balut. Jujur saja, saya tetap merasa deg-degan hingga hari ini jika mengingatnya. Yang lebih menyeramkan adalah saat remed hecting. Lucunya di kedua ujian remedial ini saya mendapatkan penguji yang sama lho, hihihi… Nah, saat hecting, saya kebagian kloter pertama. Saat bel berbunyi dan saya diperbolehkan masuk ke ruangan, saya terkejut, alat-alatnya belum dipersiapkan. Mannequin yang akan dijahit belum diletakkan di atas meja dan belum ada luka sayatan. Banyak alat-alat yang juga belum dipersiapkan dengan benar di meja operasi. Bahkan gunting yang dipergunakan untuk memegang jarum terasa amat berat dan seret (kurang oli kali ya?). Ya sudah saya harus mempersiapkan dari awal. Saat saya menjahit, dua kali jarum saya patah. Saya sangat deg-degan kala itu, tak henti-hentinya saya membaca basmalah, hingga akhirnya saya menyelesaikan satu jahitan. Saat akan melaksanakan langkah selanjutnya yang harus dilaksanakan, bel berbunyi. Sungguh, jantung saya terasa berhenti sejenak. Hal yang sama terulang kembali!! Bedanya kali ini saya sudah berhasil mengikat jahitannya. Saya pun tidak tahu saya akan lulus dalam remedial ini atau tidak. Benar-benar mohon doa dari semua teman-teman pembaca yang budiman, untuk mengamini doa ini. Semoga saya dan pembaca diluluskan dalam semua ujian, baik yang sudah dilalui, maupun yang akan dilalui, semoga Allah selalu memudahkan kita, aamiin. Tapi tunggu, bagaimana dengan ujian remed peresepan? Alhamdulillah, cukup lancar. Hanya satu hal yang membuat saya masih was-was, saya takut ada satu atau dua komponen kecil yang lupa tidak saya tuliskan. Semoga saja semuanya tertulis, dan apa yang saya tulis bisa membawa kepada kelulusan, aamiin aamiin ya rabbal alamiin…

Keempat. Do’a. Nah, ini ada do’a yang sangat bagus buat teman-teman sekalian. Terkadang saat melakukan ujian, kita (mungkin juga saya) merasa sombong dengan kemampuan kita dan bertawakal kepada kemampuan kita yang sebenarnya amat sangat kecil dan tidak pantas untuk kita sandarkan. Mungkin juga hal itu yang membuat kegagalan kita dalam beberapa hal, misalkan ujian. Untuk itu ada do’a yang sangat bagus, diajarkan oleh kakak saya, sebagai berikut :
“Rabbi laa takkilni ila nafsih thorfatan ‘ainin wa aslihli sya’ni kullah”
Artinya : Ya Tuhanku, jangan biarkan aku bertawakal pada diriku walaupun sekejap mata dan perbaikilah untukku semua keadaanku”

Keempat. Big Decision. Nah yang ini cukup privat sih sebenernya buat dishare, hihihi.. Tapi yang jelas ada sebuah cerita apik dari kakak saya yang benar-benar ingin saya bagi untuk para pembaca. Semoga bermanfaat J

“Jono. Sang pemuda. Ia sedang menatap lukisan yang luar biasa indah dan besar. Pemuda ini sangat terpesona dengannya dan ingin melihatnya lebih jelas. Ia lalu mundur selangkah demi selangkah untuk melihat lukisan secara keseluruhan. Rupanya semakin ia berjalan mundur, ia semakin dekat dengan jurang. Salah satu temannya, Bowo, yang melewati tempat tersebut berteriak. “Hoi Jon, berhenti Jon! Kamu udah dekat jurang tuh!!” Tapi si Jono tetap saja berjalan mundur hingga selangkah lagi ia akan terperosok jurang. Akhirnya Bowo mencoret lukisan itu. Ia coret hingga lukisannya rusak di tengah. “Woi ngapain kamu nyoret lukisan itu!!” Akhirnya Jono lari menghampiri Bowo dan memukulnya. “BUK” gitu bunyinya. Namun saat Jono berpaling untuk melihat ke belakang, ia sadar, ternyata ia memang sudah di ambang jurang. Selangkah lagi, ia mungkin sudah meninggal tertancap duri duri tanaman liar dan terbentur batu karang nan keras. “Wah, maaf Wo, ternyata kamu menyelamatkan hidupku, makasih kawanku…”

Yap, saya memang tidak begitu pintar merangkai kata-kata. Lihat saja cerita yang seharusnya disampaikan dengan indah tapi jadinya begitu, haha.. Ada yang bisa mengambil intinya? Mari kita analogikan dengan sebuah hubungan alias relationship. Semakin kita menjalin hubungan haram bersama sang pasangan (disini digambarkan sebagai lukisan), semakin dekat kita dengan NERAKA. Sungguh! Percayalah! Bukan masalah hubungannya lho, tapi masalah apa yang kita lakukan di dalamnya. Mungkin tidak, orang yang berpacaran seperti ini tidak saling memikirkan satu sama lain? Seharusnya waktu yang digunakan untuk memikirkan si dia bisa kita gunakan untuk berdzikir mengingat Allah dan melakukan hal-hal lain yang lebih bermanfaat. Apalagi kita harus tahu, yang membuat hubungan ini terasa indah adalah Syaithan lho. Mereka bertugas membungkus dan membuat sedemikian hingga kita merasa nikmat akan hubungan ini. Tatapan mata, bersentuhan lawan jenis, memikirkannya terus menerus, masya Allah, lindungi kami dari hal ini, aamiin aamiin… Bukan berarti kita tidak boleh memiliki perasaan cinta, karena itu datang dari Allah, jadi apa yang harus kita lakukan adalah berdoa untuk perlindungan Allah dari godaan setan yang akan menodai cinta kita yang suci. Apalagi kita harus mengingat, siapakah cinta sejati kita? ALLAH SWT!! Bahkan suami dan istri pun seharusnya saling mencintai karena Allah, melindungi pasangannya dari dosa, dari kelalaian beribadah, terjerumus dalam maksiat, dan sebagainya. Toh kalau ada orang pacaran yang mengatasnamakan cinta karena Allah, bisakah mereka benar-benar melaksanakannya dalam hubungan yang haram? Wallahu a’lam. Yang jelas adalah, mari lindungi diri kita dari dosa ini, dan mari perbaiki diri kita ke pribadi yang lebih baik. Saya pun sedang berusaha, jadi mari kita berusaha bersama J insya Allah, usaha kita akan dinilai sebagai jalan kita untuk menjadi makhluk Allah yang shaleh dan shalehah.

Naah, pembaca, demikianlah cerita saya kali ini. Semoga pembaca semua dapat mengambil manfaat dari apa yang saya bagikan ini. Jangan sampai terjerumus di kesalahan yang sama dengan saya yaa, semoga benar-benar bermanfaat bagi kita semua aamiin ya rabbal alamiin.

Wallahu a’lam bis shawab.

Friday, November 9, 2012

My Story #3




Perjalanan di Hematoimunologi dan Endokrin Metabolisme



Assalammu'alaikum :D :D


Teman, hari ini tanggal 10 November 2012. Ya, Hari Pahlawan! :)
Aku sedang mengikuti pelatihan website dan jurnalistik di dekanat kampus tercinta FKIK.unsoed.ac.id, dan tiba-tiba aku ingin memposting sesuatu. Hihihi

OK, saatnya flashback. Di semester 3 ini, aku sudah melewati dua blok, yaitu HI dan ENMET. Hasilnya? Hmmm, belum bisa dipastikan. Yang jelas, alhamdulillah lumayan lancar di dalam menjalaninya. Tapi teman, tahukah kalian? Di semester 3 ini, aku merasa agak menurun performa akademiknya. Ya, mungkin juga disebabkan peningkatan intensitas kegiatan non akademik (a.k.a. organisasi). Di semester 3 ini makin banyak agenda yang cukup padat dan melelahkan bagiku (mungkin bagi teman-teman yang lain masih tidak ada apa-apanya ya? hehehe). Pada blok HI, rasanya seperti dikuatkan mental dan keimanannya oleh Allah swt., semakin hari semakin kuat dan semakin tangguh. Kok bisa? Well, pada blok HI ini aku dapat teguran lagi dari Allah yaituuuuuuuu sebuah ujian yang disebut REMED. Hahaha, mungkin bisa dibilang agak berlebihan, tapi sejujurnya cukup mengejutkan bagiku.



Remed yang aku jalani di blok HI adalah remedku yang kali kedua (alhamdulillah, baru dua kali, semoga tidak tambah lagi kedepannya aamiin), dimana yang pertama adalah saat aku semester 1. Ujianku yang harus mengalami remidi adalah ujian injeksi intravena (awamnya, suntik obat lewat pembuluh darah). Di kala itu, aku sudah tidak shock atau kecewa luar biasa, karena sudah mempersiapkan mental. Sebenarnya, titik kegagalan pada ujian itu adalah karena ketidakmampuanku dalam mengatur ketenangan jiwa saat ujian, ditambah lagi aku dapat mannequin yang cukup rusak (mannequin adalah semacam patung yang dipergunakan untuk ujian skill di kedokteran). Justru, aku cukup terkejut dengan beberapa hasil ujian yang lulus tetapi hasilnya tidak terlalu mencapai target yang aku tetapkan. Nah, ini dia pelajaran yang tidak akan didapatkan di sekolah manapun. BERSYUKUR! Terkadang aku lupa, nikmat kelulusan yang diidam-idamkan oleh banyak orang (dan teman-temanku juga pastinya), aku lupa bersyukur untuk itu. Apalagi bersyukur untuk hal-hal kecil lainnya. Astaghfirullah hal adzim, memang benar bahwa kita harus berusaha maksimal untuk meraih hasil yang memuaskan, tetapi setelah hasil itu keluar, yakinlah bahwa pasti hasil itu adalah hasil terbaik yang Allah berikan untuk kita. Kalau hasilnya sangat memuaskan, tandanya Allah sudah percaya pada kemampuan kita. Kalau hasilnya lumayan, Allah memotivasi kita untuk berusaha lebih kuat lagi di agenda selanjutnya. Jika belum memuaskan, itu tandanya kita masih haruuuuus lebih banyak melakukan effort, berdoa, dan tawakal pada Allah swt. Semoga aku diluluskan pada ujian remidi itu, aamiin aamiin :)

Nah, di blok ENMET, alhamdulillah aku lulus di semua ujian. Sungguh kenikmatan luar biasa yang dianugerahkan oleh Ar Rahmaan. Lagi-lagi aku masih harus belajar untuk bersyukur, bersyukur, dan bersyukur. Terkadang rasanya agak berat mungkin, berada di strata yang lebih inferior dari mereka para jenius, di kala kita tahu bahwa sesungguhnya kita pun bisa menempati strata tersebut. Tetapi teman, jangan lupa, pasti ada hikmah dibalik semua ini. Percayalah! Mungkin kita perlu banyak belajar membagi waktu dan belajar untuk berbagi bersama teman-teman. Toh, kalau memang kita sudah berusaha maksimal, pasti ada ilmu bermanfaat yang kita dapatkan. Satu lagi yang paling penting adalah, jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Walaupun kita tidak se capable teman-teman yang jenius, tetapi yakinlah bahwa apapun ilmu yang kita bagi kepada orang lain akan memberikan manfaat yang luar biasa, bahkan bisa memberi teman-teman kita kelulusan yang kita semua idamkan :) SEMANGAT!



Bagaimana dengan blok Dermatomuskuloskeletal (DMS) yang sedang kujalani kali ini? Hmm, minggu pertama alhamdulillah berjalan lancar (dan santai hehehe). Tetapi, di minggu minggu selanjutnya perjuangan akan jauh lebih keras. Aku yakin bahwa dengan berusaha dan berdoa, pasti kita semua bisa melaluinya. Cobaan apapun di hidup ini pasti akan kita hadapi, karena percayalah, Allah will never ever give our body the burdens that weigh more than we can handle.

Purwokerto, 10 November 2012.
Stay Strong!
-XO, Bagas :)

Friday, August 10, 2012

My Story #2

Bismillahirrahmanirrahim.... This is About Local Independent Scholarship :)


Kali ini saya akan membahas tentang sebuah program. Program ini jujur menarik banget waktu pertama kali tahu, yaitu "Beasiswa DataPrint". Well, it's kinda funny because I know it from the product. Waktu itu lagi kelimpungan cari tinta printer yang bagus, hahaha.... Maklum, printer yang jarang banget dipake selama SMA mulai disibukkan kerjanya saat saya masuk kuliah. Nah, berhubung sering dapet rekomendasi tentang tinta DataPrint sebagai produk yang bagus buat dipakai, jadilah saya membelinya untuk pertama kali. Eh pas dibuka ada kertas jatuh. "Apaan tuh, kupon?" pikir saya. Ternyata itu adalah kupon beneran, isinya pengumuman kalo DataPrint lagi mengadakan program beasiswa ini.

Nah, langsung deh saya buka linknya disitu, beasiswadataprint.com yang membahas lengkap sejelas-jelasnya tentang beasiswa ini. Saya langsung daftar saat itu juga, modal nekat juga sebenarnya, soalnya hanya ada dua kategori yang bisa diikuti (pelajar dan mahasiswa). Waktu itu status akademik saya amat geje (baca: tidak jelas), karena sudah lulus SMA dan diterima di PTN tetapi belum masuk kuliah (nah loh). Jadinya saya ikut saja deh, dan alhasil saya belum lolos karena memang belum ada kategori untuk "Mahasiswa Transisi" haha

Tahun ini saya bertekad untuk ikut lagi setelah mengenyam 2 semester di Kedokteran Unsoed, melihat besarnya beasiswa yang sangat menarik dan bisa digunakan untuk membeli berbagai alat kedokteran beserta bukunya yang cukup mahal. Jadi saya memutuskan untuk lebih mengubek-ubek situs tersebut, dan saya mendapatkan banyak sekali informasi tentang program ini :)


DataPrint rupanya pernah mengadakan program sejenis pada tahun 2009 yang bernama "DataPrint Academy" yang berusaha memberikan ilmu kepada generasi muda bangsa (30 Siswa SMA) untuk mengikuti workshop tentang enterpreneurship dan creativity. Tidak berhenti sampai disitu, pada tahun 2011 DataPrint mengadakan program Beasiswa dengan penerima sebanyak 700 orang (WOW! sayang saya belum lolos tahun itu hehehe). Nominal yang ditawarkan adalah Rp1.000.000,00, Rp500.000,00 dan Rp250.000,00. Dalam satu tahun diadakan dua kali periode beasiswa, nah saya berencana ikut periode kedua di tahun 2012 ini. Doakan saya agar berhasil meraihnya, karena saya benar-benar butuh uang ini untuk membeli berbagai alat kedokteran yang harganya mahaaal dan dibutuhkan di semester selanjutnya ^_^

Tapi DataPrint nggak main-main lho dalam penyeleksiannya, karena bukan hanya mereka yang berprestasi secara akademik saja yang berhak, namun berbagai pertimbangan lain seperti keaktifan dalam berorganisasi dan  kemampuan mereka dalam menulis essay tentang suatu tema juga ikut mempengaruhi keputusan tim seleksi dalam memberikan beasiswa ini. So, mau tunggu apa lagi? Segera beli produk DataPrint dan ikuti program ini demi kemajuan pendidikan bangsa!

Just remember, bangsa yang maju datang dari generasi yang cerdas dan berdaya juang!
Bravo DataPrint :)


Purwokerto, August 11th 2012

My Story #1

This is the story of how I end up here. 



Awalnya, aku berharap banyak. Sungguh banyak. Bahkan terlalu banyak. Berharap bisa kuliah di universitas kebanggaan negeri ini, seperti Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, atau Institut Teknologi Bandung. 

Hari berganti hari. Masa-masa SMA telah kulewati, hingga suatu hari di kelas XII dikala teman-teman mulai sibuk membicarakan universitas pilihan mereka. 
"Aku mau lanjut ke UGM" 
"Aku pengen banget ke STAN" 
"Kalau aku pengen banget ke ITB" 
"Aku ke UI" 
dan tibalah giliranku menjawab. 
"Aku ke UNSOED aja, hehe" 

Teman teman serta para guru pun mulai bertanya, mencecar, hingga menyayangkan. 
"Kenapa di UNSOED?" dan sebagainya. 

Tentu alasan utamanya adalah supaya tidak usah ngekost. Mengapa? Bukan karena aku tidak ingin mandiri. Sungguh, bukan itu. Namun karena masalah biaya hidup. 

Mungkin terkesan simple, tapi memang itulah hambatan terbesarnya. Meliputi harga kost, harga makanan, tiket pulang pergi, dan sebagainya. Kasihan orang tua. 

Sedih? Jelas. Kecewa? Tentu saja. Namun, aku yakin inilah jalanku. Jalan menuju masa depan yang telah digariskan Sang Maha Mengetahui, Allah swt. Setelah berbulan-bulan, aku semakin yakin. 

Dan akhirnya, tibalah saat pendaftaran SNMPTN Undangan. Disaat teman teman dengan bangga memilih PTN yang mereka idamkan di luar kota, akupun dengan bangga memilih PTN yang aku idamkan saat ini, Universitas Jenderal Soedirman, dan hanya UNSOED yang aku pilih. Mengapa aku memilih jurusan ini dan hanya ini? Karena aku paling suka dengan jurusan ini, dan aku tidak begitu berkompeten di bidang lain. Hatiku pun semakin mantap dikala membaca artikel bahwa jurusanku ini salah satu unggulan nasional. 

Bismillahirrahmanirrahim... Aku pun mencetak kartu peserta SNMPTN undangan di laboratorium komputer SMAN 1 Purwokerto pada jam kedua di hari Sabtu tanggal 12 Maret 2011, saat diajar oleh yth. Bapak Kholidin. 

Hari berganti bulan... 

Setelah pengumuman UN tanggal 16 Mei 2011 yang alhamdulillah sangat tidak terduga, kami semua berharap cemas akan pengumuman SNMPTN Undangan tanggal 17 Mei 2011 pukul 19.00. 

Alhamdulillah, menjadi salah satu yang beruntung. Sangat beruntung, dapat diterima di UNSOED. Dapat diterima walaupun harus bersaing dengan siswa siswi yang nilainya sangat tinggi dari seantero negeri. 

Kemudian, saat mengikuti psikotes aku berkenalan dengan mereka. Wah, sungguh senang rasanya. Mereka baik dan sangat welcome, beruntunglah diriku menjadi bagian dari keluarga ini. 10 orang keluarga baru yang bertambah anggotanya menjadi 64 pada tanggal 30 Juni 2011 dan bertambah kembali pada tanggal 4 Juli 2011 menjadi 74. Kami pun menjadi semakin akrab dari hari ke hari melalui dunia maya, bersahabat tanpa bertatap muka. 

Dan akhirnya, pada hari ini, 25 Juli 2011 aku dapat bertemu keluarga baruku yang belum pernah kutemui sebelumnya. Chemistry of familiarity benar benar terasa tadi, dan aku yakin aku tidak salah pilih mendarat di sini. Di kotaku ini. Bersama mereka, sahabat baru yang akan mendampingiku 6 tahun ke depan. 

I just can't wait to learn together with them. To share my story. To sing my song. The song of life and family.