Beasiswa DataPrint
Assalammu'alaikum wr.wb. Bismillah :)
Nah teman-teman, kali ini saya akan sedikit membagi kabar bahagia. Alhamdulillah, postingan saya di awal blog ini tentang pendaftaran beasiswa membuahkan hasil. Alhamdulillah, akhirnya mendapatkan beasiswa ini :') Setelah bersaing dengan ribuan pendaftar lainnya. Uuu, terharu sekali, hehe. Untuk memenangkannya, saya harus bikin essay ilmiah dulu tentang pendidikan seks. Kali ini saya ingin membagi bersama teman-teman karena menurut saya, essay ini cukup bermanfaat buat dibaca :) Silakan menikmati.
INTEGRATED FORMAL
SEX EDUCATION
(Pendidikan Seks Terintegrasi
dalam Sekolah Formal)
Globalisasi yang sudah
terjadi saat ini memudahkan pertukaran informasi bagi siapa saja dan mengenai
apa saja. Seperti yang telah dinyatakan AVERT
(organisasi internasional peduli HIV/AIDS), kita dapat menjumpai iklan maupun
tayangan televisi yang menunjukkan perilaku mengarah ke seks bebas. Hal ini turut ditunjang oleh pergaulan yang juga semakin
bebas.
Komisi Perlindungan Anak
Indonesia pada tahun 2010 menyatakan 32% remaja Indonesia telah melakukan
hubungan seks. 51% remaja Jabodetabek telah melakukan seks bebas. Kementerian
Kesehatan pada tahun 2010 melaporkan 21.770 kasus AIDS dan 47.157 kasus HIV
positif dimana 48,1% diantaranya berusia 20-29 tahun. Sungguh ironis.
Dokter Boyke Dian Nugroho berpendapat bahwa hal ini disebabkan kurangnya
pengetahuan tentang HIV/AIDS dan hubungan seks yang berisiko. Kita tidak
mungkin membiarkan generasi penerus bangsa ini terjerumus dalam ikatan seks
bebas hingga akhirnya terjangkit HIV/AIDS. Untuk itulah, pendidikan seks ini
mendesak untuk diimplementasikan di sekolah sejak usia dini.
Sex education (pendidikan seks) adalah sebuah proses untuk memperoleh informasi serta
membentuk perilaku terkait seks termasuk kepercayaan, identitas seksual,
hubungan, dan keintiman (IPPF, 2008). Pendidikan seks terintegrasi dalam
sekolah formal merupakan langkah untuk memasukkan elemen pendidikan seks dalam
kurikulum sekolah.
Menurut
Mueller (2008), waktu ideal bagi siswa-siswi untuk menerima pendidikan
seks tersebut adalah sebelum pubertas. Maka, sejak kelas 5 Sekolah Dasar (SD)
sebaiknya mereka sudah mendapatkan pengetahuan dan pendidikan seks. Mereka akan
memiliki dasar pengetahuan yang kuat tentang kesehatan reproduksi dari berbagai
aspek, tepat sebelum organ reproduksi mereka aktif secara biologis saat
pubertas. Menurut penelitian Kirby (2007), setelah implementasi kurikulum sex education pada sekolah di Amerika
Serikat, tidak ada peningkatan angka aktivitas seks seperti yang dikhawatirkan,
namun justru terdapat penurunan aktivitas seksual dan peningkatan kesadaran
akan kesehatan seksual.
Pendidikan
seks di Indonesia sebaiknya dimasukkan ke dalam mata pelajaran Biologi bab
Reproduksi, serta ditambahkan pada materi pelajaran Agama dan Bimbingan
Konseling (BK). Siswa-siswi akan diberikan pemaparan mengenai perkembangan
organ reproduksi mereka secara anatomi, fisiologi dan hormonal, sehingga mereka
mengetahui organ tubuh mereka dan bagaimana cara merawat serta menjaga
kebersihannya. Tidak hanya itu, mereka juga akan diberi pengetahuan mengenai pembentukan
sperma dan ovum, menstruasi, proses kehamilan, hingga kontrasepsi.
Transmisi
penyakit menular seksual (salah satunya HIV/AIDS) merupakan salah satu topik
krusial yang wajib diberitahukan secara detil disertai dampak dan mekanisme
transmisi yang lengkap. Hubungan antar laki-laki dan perempuan secara
psikologis dan sosiologis juga dapat dibahas secara interaktif melalui
pendampingan guru BK. Tentunya hal ini perlu dilengkapi dengan pengetahuan
mengenai pandangan agama terkait hubungan seks pranikah.
Pemberian
materi akan dilaksanakan dengan metode mini
lecture dan peer-group discussion
sehingga siswa-siswi dapat membahasnya secara santai dan tidak membosankan, dengan
disertai berbagai tugas kelompok yang menunjang, misalnya membuat poster anti
seks bebas. Mengasyikkan, bukan? Peralatan
multimedia juga dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa-siswi akan
pentingnya mengetahui kesehatan reproduksi sehingga mencegah terjadinya seks
bebas yang akhirnya berujung pada penyakit menular seksual, kehamilan yang tidak
diinginkan, dan kematian.
Pendidikan seks terintegrasi
merupakan jawaban atas tingginya angka seks bebas sekaligus tingginya penyakit
menular seksual pada remaja Indonesia. Jadi, tunggu apa lagi? Save the young generation and save the
nation!
DAFTAR REFERENSI:
2. Burhani, R. 2010. Artikel "BKKBN: 51 Persen
Remaja Jabodetabek Tidak Perawan". Available at:
3. Ingham, R. dan Van Zessen, G. 1997. From individual properties to interactional processes dalam L. Van
Campenhoudt, M. Cohen, G. Guizzardi and D. Hausser (eds) Sexual Interactions and HIV Risk. London: Taylor & Francis.
4.
International Planned
Parenthood Foundation. 2008. Sexual Rights: An IPPF
Declaration. Available at : http://www.ippf.org/en/Resources/Statements/Sexual+rights+an+IPPF+declaration.htm
5. Kirby, D. 2007. Emerging Answers 2007: New
Research Findings on Programs to Reduce Teen Pregnancy - Full Report.
National Campaign to Prevent Teen Pregnancy. Available at: http://www.thenationalcampaign.org/resources/reports.aspx.
6.
MetroTVnews. 2010. Artikel
"32 Persen Remaja Indonesia Pernah Berhubungan Seks". Available at: http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2010/05/17/105501/32-Persen-Remaja-Indonesia-Pernah-Berhubungan-Seks
7. Mueller, T.E., Gavin, L.E., and Kulkarni, A. 2008. The Association
Between Sex Education and Youth's Engagement in Sexual Intercourse, Age at
First Intercourse, and Birth Control Use at First Sex. Journal of Adolescent Health 42: 89-96.
8.
Purdy, C.H. 2006. Fruity, Fun and Safe: Creating a Youth
Condom Brand in Indonesia. Elsevier’s
Reproductive Health Matters 14(28): 127–134.
Vandicap. 2010. Seks Bebas, Perilaku Remaja Masa
Kini. Available at: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2086499-seks-bebas-perilaku-remaja-masa/