Bismillahirrahmanirrahim.
DMS. Yap, blok yang membahas tentang kedokteran di bidang kulit, otot, dan
tulang dengan bobot 8 SKS ini memang berat untuk dijalani, namun akhirnya
selesai juga dengan bercucuran keringat dan emosi. Para pembaca yang tersayang,
banyak sekali hal yang terjadi di blok ini.
Pertama.
Jadwal dari blok ini sungguh sangat padat. Subhanallah, luar biasa sekali
padatnya. Blok dengan 8 SKS yang idealnya dapat dilaksanakan dengan durasi 8
minggu dipadatkan menjadi 6 minggu. Setiap hari dari pukul 07.00 s.d. 17.00
dapat dipastikan bahwa mahasiswa kita akan stay di kampus untuk kuliah +
praktikum + PBL + rapat. Anehnya, jadwal kuliah (menurut saya) tidak tersusun
dengan kronologis. Beberapa materi yang dasar justru diberikan hampir di akhir
blok (wow!) dan banyak perpindahan jadwal kuliah yang terjadi sehingga semakin
akhir bloknya, semakin padat jadwalnya (karena ada penumpukan). Hal ini memang
mungkin dan normal terjadi, mengingat dosen kami adalah dari RSU Provinsi
Margono Soekardjo yang notabene sangat padat jadwalnya. Bahkan ada satu hari
dengan ujian responsi sebanyak 7 laboratorium, dan di hari lainnya ada 5 ujian
(SOCA, Peresepan, UTU 1, UTU 2, dan UTK). Subhanallah sekali. Yap, dari penjadwalan
kuliah DMS ini, sedikit banyak sangat mengurangi kenikmatan saya dalam
mempelajari blok yang sebenarnya amat menarik ini.
Kedua.
Ujian. Hmm, akhirnya saya mengalami remed lagi untuk yang kesekian kalinya
(haha). Mengingatkan lagi, selama belajar di kedokteran, saya sudah terkena
remed dua kali sebelumnya yaitu pada SOCA blok CHEM I dan OSCE injeksi
intravena pada blok HI. Bukan bermaksud untuk berkeluh kesah atau bagaimana,
namun saya benar-benar ingin berbagi pengalaman saya pada para pembaca agar ada
manfaat dan hikmah yang diambil. Alhamdulillah, saya diberikan kesempatan untuk
belajar lebih dalam mengenai 3 hal (yang mana ketiganya merupakan ujian skill
OSCE). Hecting (penjahitan luka), balut bidai (memberikan penatalaksanaan pertama
pada luka, memar dan patah tulang), serta peresepan. Saya ceritakan ya, hehe. Pada
dua hari sebelumnya, saya mengikuti acara BAKSOS BEM yang sangat menarik dan
insya Allah bermanfaat bagi masyarakat di desa Besuki, Kecamatan Lumbir,
Banyumas. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi fisik saya. Bukan bermaksud
menyalahkan acara, saya terkadang kesal sendiri dengan pribadi saya yang
cenderung tidak mempersiapkan ujian jauh-jauh hari, serta fisik saya yang mudah
sekali jatuh dalam lelapnya debu kapas terbungkus kain (baca: bantal, guling,
kasur). Saya terlalu lelah sepulang baksos tersebut, akhirnya saya tertidur
untuk beberapa jam dan baru terbangun dini hari. Besoknya ada 5 ujian skill,
sehingga saya langsung kebut untuk belajar semuanya secara tidak mendalam yang
penting terbaca dahulu. Saya tidak sempat untuk mempraktikkan skill hecting dan
balutbidai di rumah. Untuk hecting, saya hanya berlatih dalam prosedur
penjahitannya saja, tidak secara komprehensif dari awal sampai akhir. Balut
bidai apa lagi, saya tidak memiliki alatnya sehingga tidak sempat berlatih. Akhirnya
saya tetap berangkat ke kampus dengan basmalah di hati nurani untuk berjuang,
tak lupa meminta doa restu dari orang tua. Tadi saya sempat menyebutka ada 5
skill yang akan diuji dalam OSCE, betul? Skill pertama adalah anamnesis.
Alhamdulillah berjalan lancar. Skill kedua adalah peresepan. Saya tidak sempat untuk
membaca soal di depan pintu ruang ujian kedua (sebenarnya saya tidak tahu kalau
ada soalnya). Saya hanya membuat resep sesuai dengan keluhan pasien pada stase
anamnesis sebelumnya. Skill ketiga adalah penilaian kemampuan motorik.
Alhamdulillah lancar. Skill keempat adalah hecting. Nah, ini dia. Saya tidak
selesai melakukan hecting karena saya terkendala penggunaan handschoen sehingga
memperlama waktu saya dalam pengerjaan skill. Padahal waktunya hanya 7 menit,
alhasil saya tidak menyelesaikan jahitan yang seharusnya sudah dirampungkan
dalam waktu itu. Skill kelima adalah balutbidai. Masya allah, karena rasa
deg-degan dan penyesalan setelah stase hecting sebelumnya, saya tidak fokus
dalam mengerjakan balutbidai. Akibatnya, saya salah dalam teknik membalut luka
pasien. Padahal saya selesai lho sampai terakhir, namun sayangnya saat penguji
memberitahu saya salah teknik, waktu terburu selesai. Huah, bunyi bel yang
menyebalkan. Kriiiing, begitulah suara bel setiap 7 menit berakhir yang
tandanya kita harus sudah menyelesaikan setiap stasenya. Saya pun turun dari
lantai dua dengan keyakinan “saya remed pasti”. Yap, benar, saya pun memang
remed pada hecting dan balut bidai. Namun yang mengejutkan, saya juga remed di
peresepan. Padahal ujian ini insya Allah sudah cukup saya persiapkan dengan
baik. Kesalahan utama adalah tidak membaca soal, kesalahan inilah yang paling
utama membuat saya gagal di ujian ini.
Ketiga.
Ujian Remedial. Kali ini saya benar-benar berlatih keras untuk mengerjakan
skill yang belum saya kuasai sepenuhnya saat ujian kemarin. Dalam latihan di
rumah, saya melakukan penjahitan secepat mungkin dari langkah awal hingga
terakhir, alhamdulillah tembus sekitar 5 menit. Dengan pasien pura-pura yaitu
mama dan alat pembalutan yaitu scarfnya mama (thanks mom!), saya juga
alhamdulillah tembus sekitar 5 menit. Namun sayangnya saat ujian balutbidai,
walaupun saya selesai dengan baik, ada sedikit kesalahan yang saya lakukan pada
saat pengikatan alat balut. Jujur saja, saya tetap merasa deg-degan hingga hari
ini jika mengingatnya. Yang lebih menyeramkan adalah saat remed hecting.
Lucunya di kedua ujian remedial ini saya mendapatkan penguji yang sama lho, hihihi…
Nah, saat hecting, saya kebagian kloter pertama. Saat bel berbunyi dan saya
diperbolehkan masuk ke ruangan, saya terkejut, alat-alatnya belum dipersiapkan.
Mannequin yang akan dijahit belum diletakkan di atas meja dan belum ada luka
sayatan. Banyak alat-alat yang juga belum dipersiapkan dengan benar di meja
operasi. Bahkan gunting yang dipergunakan untuk memegang jarum terasa amat
berat dan seret (kurang oli kali
ya?). Ya sudah saya harus mempersiapkan dari awal. Saat saya menjahit, dua kali
jarum saya patah. Saya sangat deg-degan kala itu, tak henti-hentinya saya
membaca basmalah, hingga akhirnya saya menyelesaikan satu jahitan. Saat akan
melaksanakan langkah selanjutnya yang harus dilaksanakan, bel berbunyi. Sungguh,
jantung saya terasa berhenti sejenak. Hal yang sama terulang kembali!! Bedanya
kali ini saya sudah berhasil mengikat jahitannya. Saya pun tidak tahu saya akan
lulus dalam remedial ini atau tidak. Benar-benar mohon doa dari semua
teman-teman pembaca yang budiman, untuk mengamini doa ini. Semoga saya dan
pembaca diluluskan dalam semua ujian, baik yang sudah dilalui, maupun yang akan
dilalui, semoga Allah selalu memudahkan kita, aamiin. Tapi tunggu, bagaimana
dengan ujian remed peresepan? Alhamdulillah, cukup lancar. Hanya satu hal yang
membuat saya masih was-was, saya takut ada satu atau dua komponen kecil yang
lupa tidak saya tuliskan. Semoga saja semuanya tertulis, dan apa yang saya
tulis bisa membawa kepada kelulusan, aamiin aamiin ya rabbal alamiin…
Keempat.
Do’a. Nah, ini ada do’a yang sangat bagus buat teman-teman sekalian. Terkadang
saat melakukan ujian, kita (mungkin juga saya) merasa sombong dengan kemampuan
kita dan bertawakal kepada kemampuan kita yang sebenarnya amat sangat kecil dan
tidak pantas untuk kita sandarkan. Mungkin juga hal itu yang membuat kegagalan
kita dalam beberapa hal, misalkan ujian. Untuk itu ada do’a yang sangat bagus,
diajarkan oleh kakak saya, sebagai berikut :
“Rabbi
laa takkilni ila nafsih thorfatan ‘ainin wa aslihli sya’ni kullah”
Artinya
: Ya Tuhanku, jangan biarkan aku bertawakal pada diriku walaupun sekejap mata
dan perbaikilah untukku semua keadaanku”
Keempat.
Big Decision. Nah yang ini cukup privat sih sebenernya buat dishare, hihihi..
Tapi yang jelas ada sebuah cerita apik dari kakak saya yang benar-benar ingin
saya bagi untuk para pembaca. Semoga bermanfaat J
“Jono.
Sang pemuda. Ia sedang menatap lukisan yang luar biasa indah dan besar. Pemuda
ini sangat terpesona dengannya dan ingin melihatnya lebih jelas. Ia lalu mundur
selangkah demi selangkah untuk melihat lukisan secara keseluruhan. Rupanya semakin
ia berjalan mundur, ia semakin dekat dengan jurang. Salah satu temannya, Bowo, yang
melewati tempat tersebut berteriak. “Hoi Jon, berhenti Jon! Kamu udah dekat
jurang tuh!!” Tapi si Jono tetap saja berjalan mundur hingga selangkah lagi ia
akan terperosok jurang. Akhirnya Bowo mencoret lukisan itu. Ia coret hingga
lukisannya rusak di tengah. “Woi ngapain kamu nyoret lukisan itu!!” Akhirnya Jono
lari menghampiri Bowo dan memukulnya. “BUK” gitu bunyinya. Namun saat Jono
berpaling untuk melihat ke belakang, ia sadar, ternyata ia memang sudah di
ambang jurang. Selangkah lagi, ia mungkin sudah meninggal tertancap duri duri
tanaman liar dan terbentur batu karang nan keras. “Wah, maaf Wo, ternyata kamu
menyelamatkan hidupku, makasih kawanku…”
Yap,
saya memang tidak begitu pintar merangkai kata-kata. Lihat saja cerita yang
seharusnya disampaikan dengan indah tapi jadinya begitu, haha.. Ada yang bisa
mengambil intinya? Mari kita analogikan dengan sebuah hubungan alias relationship. Semakin kita menjalin
hubungan haram bersama sang pasangan (disini digambarkan sebagai lukisan), semakin
dekat kita dengan NERAKA. Sungguh! Percayalah! Bukan masalah hubungannya lho,
tapi masalah apa yang kita lakukan di dalamnya. Mungkin tidak, orang yang
berpacaran seperti ini tidak saling memikirkan satu sama lain? Seharusnya waktu
yang digunakan untuk memikirkan si dia bisa kita gunakan untuk berdzikir
mengingat Allah dan melakukan hal-hal lain yang lebih bermanfaat. Apalagi kita
harus tahu, yang membuat hubungan ini terasa indah adalah Syaithan lho. Mereka
bertugas membungkus dan membuat sedemikian hingga kita merasa nikmat akan hubungan
ini. Tatapan mata, bersentuhan lawan jenis, memikirkannya terus menerus, masya
Allah, lindungi kami dari hal ini, aamiin aamiin… Bukan berarti kita tidak
boleh memiliki perasaan cinta, karena itu datang dari Allah, jadi apa yang
harus kita lakukan adalah berdoa untuk perlindungan Allah dari godaan setan
yang akan menodai cinta kita yang suci. Apalagi kita harus mengingat, siapakah
cinta sejati kita? ALLAH SWT!! Bahkan suami dan istri pun seharusnya saling
mencintai karena Allah, melindungi pasangannya dari dosa, dari kelalaian
beribadah, terjerumus dalam maksiat, dan sebagainya. Toh kalau ada orang
pacaran yang mengatasnamakan cinta karena Allah, bisakah mereka benar-benar
melaksanakannya dalam hubungan yang haram? Wallahu a’lam. Yang jelas adalah,
mari lindungi diri kita dari dosa ini, dan mari perbaiki diri kita ke pribadi
yang lebih baik. Saya pun sedang berusaha, jadi mari kita berusaha bersama J insya Allah, usaha kita akan dinilai sebagai jalan kita untuk
menjadi makhluk Allah yang shaleh dan shalehah.
Naah,
pembaca, demikianlah cerita saya kali ini. Semoga pembaca semua dapat mengambil
manfaat dari apa yang saya bagikan ini. Jangan sampai terjerumus di kesalahan
yang sama dengan saya yaa, semoga benar-benar bermanfaat bagi kita semua aamiin
ya rabbal alamiin.
Wallahu
a’lam bis shawab.
Assalamualaikum, terimakasih mas tulisannya sangat membantu. Mas ngomong ngomong SOCA CHEM 1 sangat sulit ya? berhubung saya angkatan 2012 dan akan menghadapi soca chem 1.
ReplyDeleteWa'alaikumussalam :)
Deletesama-sama revi,
hmmm kalo dibilang sangat sulit sebenernya nggak, cuma kadang2 emang menjebak gitu. ada aja soal (salah satu tipe soal pastinya) yang keluar bukan dari PBL jadi semacam "zonk" dan itu selalu terjadi di setiap SOCA, g cuma CHEM I. yang pasti belajar aja dari PBL, trus tanya2 kakak kelas ttg SOCA taun lalu kira2 tipe soalnya yang kaya apa, sama baca2 basic lecture yg ditekankan misalkan ttg FamMed gitu2.
Best of Luck!
this is incredible experience ! sukses mas bagas : )
ReplyDeletewah thanks a lot! sukses juga untukmu :)
Delete