Wednesday, January 23, 2013

My Story #8

Beasiswa DataPrint


Assalammu'alaikum wr.wb. Bismillah :)
Nah teman-teman, kali ini saya akan sedikit membagi kabar bahagia. Alhamdulillah, postingan saya di awal blog ini tentang pendaftaran beasiswa membuahkan hasil. Alhamdulillah, akhirnya mendapatkan beasiswa ini :') Setelah bersaing dengan ribuan pendaftar lainnya. Uuu, terharu sekali, hehe. Untuk memenangkannya, saya harus bikin essay ilmiah dulu tentang pendidikan seks. Kali ini saya ingin membagi bersama teman-teman karena menurut saya, essay ini cukup bermanfaat buat dibaca :) Silakan menikmati.


INTEGRATED FORMAL SEX EDUCATION
(Pendidikan Seks Terintegrasi dalam Sekolah Formal)

            Globalisasi yang sudah terjadi saat ini memudahkan pertukaran informasi bagi siapa saja dan mengenai apa saja. Seperti yang telah dinyatakan AVERT (organisasi internasional peduli HIV/AIDS), kita dapat menjumpai iklan maupun tayangan televisi yang menunjukkan perilaku mengarah ke seks bebas. Hal ini  turut ditunjang oleh pergaulan yang juga semakin bebas.
            Komisi Perlindungan Anak Indonesia pada tahun 2010 menyatakan 32% remaja Indonesia telah melakukan hubungan seks. 51% remaja Jabodetabek telah melakukan seks bebas. Kementerian Kesehatan pada tahun 2010 melaporkan 21.770 kasus AIDS dan 47.157 kasus HIV positif dimana 48,1% diantaranya berusia 20-29 tahun. Sungguh ironis.
            Dokter Boyke Dian Nugroho berpendapat bahwa hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS dan hubungan seks yang berisiko. Kita tidak mungkin membiarkan generasi penerus bangsa ini terjerumus dalam ikatan seks bebas hingga akhirnya terjangkit HIV/AIDS. Untuk itulah, pendidikan seks ini mendesak untuk diimplementasikan di sekolah sejak usia dini.
            Sex education (pendidikan seks) adalah sebuah proses untuk memperoleh informasi serta membentuk perilaku terkait seks termasuk kepercayaan, identitas seksual, hubungan, dan keintiman (IPPF, 2008). Pendidikan seks terintegrasi dalam sekolah formal merupakan langkah untuk memasukkan elemen pendidikan seks dalam kurikulum sekolah.
            Menurut Mueller (2008), waktu ideal bagi siswa-siswi untuk menerima pendidikan seks tersebut adalah sebelum pubertas. Maka, sejak kelas 5 Sekolah Dasar (SD) sebaiknya mereka sudah mendapatkan pengetahuan dan pendidikan seks. Mereka akan memiliki dasar pengetahuan yang kuat tentang kesehatan reproduksi dari berbagai aspek, tepat sebelum organ reproduksi mereka aktif secara biologis saat pubertas. Menurut penelitian Kirby (2007), setelah implementasi kurikulum sex education pada sekolah di Amerika Serikat, tidak ada peningkatan angka aktivitas seks seperti yang dikhawatirkan, namun justru terdapat penurunan aktivitas seksual dan peningkatan kesadaran akan kesehatan seksual.
            Pendidikan seks di Indonesia sebaiknya dimasukkan ke dalam mata pelajaran Biologi bab Reproduksi, serta ditambahkan pada materi pelajaran Agama dan Bimbingan Konseling (BK). Siswa-siswi akan diberikan pemaparan mengenai perkembangan organ reproduksi mereka secara anatomi, fisiologi dan hormonal, sehingga mereka mengetahui organ tubuh mereka dan bagaimana cara merawat serta menjaga kebersihannya. Tidak hanya itu, mereka juga akan diberi pengetahuan mengenai pembentukan sperma dan ovum, menstruasi, proses kehamilan, hingga kontrasepsi.
            Transmisi penyakit menular seksual (salah satunya HIV/AIDS) merupakan salah satu topik krusial yang wajib diberitahukan secara detil disertai dampak dan mekanisme transmisi yang lengkap. Hubungan antar laki-laki dan perempuan secara psikologis dan sosiologis juga dapat dibahas secara interaktif melalui pendampingan guru BK. Tentunya hal ini perlu dilengkapi dengan pengetahuan mengenai pandangan agama terkait hubungan seks pranikah.
            Pemberian materi akan dilaksanakan dengan metode mini lecture dan peer-group discussion sehingga siswa-siswi dapat membahasnya secara santai dan tidak membosankan, dengan disertai berbagai tugas kelompok yang menunjang, misalnya membuat poster anti seks bebas. Mengasyikkan, bukan? Peralatan multimedia juga dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa-siswi akan pentingnya mengetahui kesehatan reproduksi sehingga mencegah terjadinya seks bebas yang akhirnya berujung pada penyakit menular seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, dan kematian.
            Pendidikan seks terintegrasi merupakan jawaban atas tingginya angka seks bebas sekaligus tingginya penyakit menular seksual pada remaja Indonesia. Jadi, tunggu apa lagi? Save the young generation and save the nation!


DAFTAR REFERENSI:
1.      AVERT. 2012. Sex Education That Works. Available at: http://www.avert.org/sex-education.htm
2.      Burhani, R. 2010. Artikel "BKKBN: 51 Persen Remaja Jabodetabek Tidak Perawan". Available at:
3.      Ingham, R. dan Van Zessen, G. 1997. From individual properties to interactional processes dalam L. Van Campenhoudt, M. Cohen, G. Guizzardi and D. Hausser (eds) Sexual Interactions and HIV Risk. London: Taylor & Francis.
4.      International Planned Parenthood Foundation. 2008. Sexual Rights: An IPPF Declaration. Available at : http://www.ippf.org/en/Resources/Statements/Sexual+rights+an+IPPF+declaration.htm
5.      Kirby, D. 2007. Emerging Answers 2007: New Research Findings on Programs to Reduce Teen Pregnancy - Full Report. National Campaign to Prevent Teen Pregnancy. Available at: http://www.thenationalcampaign.org/resources/reports.aspx.
6.      MetroTVnews. 2010. Artikel "32 Persen Remaja Indonesia Pernah Berhubungan Seks". Available at: http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2010/05/17/105501/32-Persen-Remaja-Indonesia-Pernah-Berhubungan-Seks
7.      Mueller, T.E., Gavin, L.E., and Kulkarni, A. 2008. The Association Between Sex Education and Youth's Engagement in Sexual Intercourse, Age at First Intercourse, and Birth Control Use at First Sex. Journal of Adolescent Health 42: 89-96.
8.      Purdy, C.H. 2006. Fruity, Fun and Safe: Creating a Youth Condom Brand in Indonesia. Elsevier’s Reproductive Health Matters 14(28): 127–134.
Vandicap. 2010. Seks Bebas, Perilaku Remaja Masa Kini. Available at: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2086499-seks-bebas-perilaku-remaja-masa/

Tuesday, January 22, 2013

My Story #7

CHEM III - BHL II


Assalammu'alaikum wr. wb. Bismillah :)

CHEM III dan BHL II merupakan mata studi yang kami ambil (sebagai mahasiswa tahun kedua) setelah DMS. CHEM III merupakan singkatan dari Community Health and Environmental Medicine (part III). BHL sendiri merupakan blok Bioethics and Health Law. There's not much to tell, Guys. Alhamdulillah di kedua blok ini berjalan cukup lancar. Beberapa masalah yang perlu diperhatikan agar kita koreksi bersama antara lain "KOMUNIKASI". Terlihat sederhana memang, tapi rupanya hal ini bisa menghambat seluruh kerja keras kita. Komunikasi ini bukan hanya dengan dosen lho (walaupun memang hal itu yang paling bisa menjadi potential harm kalau diabaikan), tapi juga komunikasi dengan teman sejawat kita. Apalagi dengan diri kita sendiri. Terkadang missed communication bisa membuat sebuah drama baru di kehidupan kita yang sebenarnya tidak perlu ada. Tentu saya tidak bisa menceritakannya dengan gamblang disini, yang jelas kalau ada masalah segera selesaikan dengan baik agar tidak berlarut-larut, tentunya dengan pilihan kata yang tepat dan proper.

CHEM III merupakan blok yang cukup seru. Kami semua diperintahkan untuk terjun ke lapangan, mendatangi puskesmas yang terletak di pinggiran kota, melihat kasus-kasus potensial, dan melakukan pencarian data untuk melihat berbagai faktor risiko yang dimiliki masyarakat sekitar, untuk kemudian dipresentasikan. Rasanya cukup seru mengingat perjumpaan dengan masyarakat dalam koridor kurikulum hanya terjadi setiap semester sekali dalam praktik lapangan di blok CHEM.

Blok selanjutnya yaitu BHL II memiliki penekanan akan pentingnya menyampaikan diagnosis penyakit dan menyampaikan informasi terkait penyakit tersebut hingga tindakan yang harus dipilih pasien. Pretty tricky, I think. Nah ini juga salah satu skill yang menuntut kemampuan komunikasi. Tidak jarang teman kami (termasuk saya) yang tidak bisa meyakinkan pasien untuk memilih tindakan dan akhirnya berujung pada kegalauan pasien (which is shouldn't be happening). Tapi yang paling seru dari blok ini adalah tugas "Art Project" dimana mahasiswa dibagi menjadi 5-6 orang per kelompoknya untuk membentuk karya seni (2D, 3D, maupun video) tentang HIV/AIDS. Karya teman-teman sungguh luar biasa, bagus sekali. Saya sendiri bersama sahabat-sahabat seperti Ageng, Edy, Rara, Ozy, dan Irma membuat karya 3D berjudul "The Diorama". At the end of the day, we finally revealed bahwa DIORAMA merupakan singkatan dari eDI, Ozy, Rara, Ageng, irMa, bAgas, hahaha.  Idenya berawal dari keinginan untuk menyajikan sebuah karya yang lucu tapi mengandung makna tersirat, hingga lahirlah karya ini.

(picture will be inserted later)

Apa lagi ya yang kepengen diceritakan? hihi tunggu deh nanti postingan saya selanjutnya tentang beasiswa DataPrint, Harry Potter, dan Hogwarts :))

Wallahu a'lam
Wassalammu'alaikum wr. wb.