Sunday, December 23, 2012

My Story #4

Dermatomuskuloskeletal dan Hal Lainnya

Bismillahirrahmanirrahim. DMS. Yap, blok yang membahas tentang kedokteran di bidang kulit, otot, dan tulang dengan bobot 8 SKS ini memang berat untuk dijalani, namun akhirnya selesai juga dengan bercucuran keringat dan emosi. Para pembaca yang tersayang, banyak sekali hal yang terjadi di blok ini.

Pertama. Jadwal dari blok ini sungguh sangat padat. Subhanallah, luar biasa sekali padatnya. Blok dengan 8 SKS yang idealnya dapat dilaksanakan dengan durasi 8 minggu dipadatkan menjadi 6 minggu. Setiap hari dari pukul 07.00 s.d. 17.00 dapat dipastikan bahwa mahasiswa kita akan stay di kampus untuk kuliah + praktikum + PBL + rapat. Anehnya, jadwal kuliah (menurut saya) tidak tersusun dengan kronologis. Beberapa materi yang dasar justru diberikan hampir di akhir blok (wow!) dan banyak perpindahan jadwal kuliah yang terjadi sehingga semakin akhir bloknya, semakin padat jadwalnya (karena ada penumpukan). Hal ini memang mungkin dan normal terjadi, mengingat dosen kami adalah dari RSU Provinsi Margono Soekardjo yang notabene sangat padat jadwalnya. Bahkan ada satu hari dengan ujian responsi sebanyak 7 laboratorium, dan di hari lainnya ada 5 ujian (SOCA, Peresepan, UTU 1, UTU 2, dan UTK). Subhanallah sekali. Yap, dari penjadwalan kuliah DMS ini, sedikit banyak sangat mengurangi kenikmatan saya dalam mempelajari blok yang sebenarnya amat menarik ini.

Kedua. Ujian. Hmm, akhirnya saya mengalami remed lagi untuk yang kesekian kalinya (haha). Mengingatkan lagi, selama belajar di kedokteran, saya sudah terkena remed dua kali sebelumnya yaitu pada SOCA blok CHEM I dan OSCE injeksi intravena pada blok HI. Bukan bermaksud untuk berkeluh kesah atau bagaimana, namun saya benar-benar ingin berbagi pengalaman saya pada para pembaca agar ada manfaat dan hikmah yang diambil. Alhamdulillah, saya diberikan kesempatan untuk belajar lebih dalam mengenai 3 hal (yang mana ketiganya merupakan ujian skill OSCE). Hecting (penjahitan luka), balut bidai (memberikan penatalaksanaan pertama pada luka, memar dan patah tulang), serta peresepan. Saya ceritakan ya, hehe. Pada dua hari sebelumnya, saya mengikuti acara BAKSOS BEM yang sangat menarik dan insya Allah bermanfaat bagi masyarakat di desa Besuki, Kecamatan Lumbir, Banyumas. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi fisik saya. Bukan bermaksud menyalahkan acara, saya terkadang kesal sendiri dengan pribadi saya yang cenderung tidak mempersiapkan ujian jauh-jauh hari, serta fisik saya yang mudah sekali jatuh dalam lelapnya debu kapas terbungkus kain (baca: bantal, guling, kasur). Saya terlalu lelah sepulang baksos tersebut, akhirnya saya tertidur untuk beberapa jam dan baru terbangun dini hari. Besoknya ada 5 ujian skill, sehingga saya langsung kebut untuk belajar semuanya secara tidak mendalam yang penting terbaca dahulu. Saya tidak sempat untuk mempraktikkan skill hecting dan balutbidai di rumah. Untuk hecting, saya hanya berlatih dalam prosedur penjahitannya saja, tidak secara komprehensif dari awal sampai akhir. Balut bidai apa lagi, saya tidak memiliki alatnya sehingga tidak sempat berlatih. Akhirnya saya tetap berangkat ke kampus dengan basmalah di hati nurani untuk berjuang, tak lupa meminta doa restu dari orang tua. Tadi saya sempat menyebutka ada 5 skill yang akan diuji dalam OSCE, betul? Skill pertama adalah anamnesis. Alhamdulillah berjalan lancar. Skill kedua adalah peresepan. Saya tidak sempat untuk membaca soal di depan pintu ruang ujian kedua (sebenarnya saya tidak tahu kalau ada soalnya). Saya hanya membuat resep sesuai dengan keluhan pasien pada stase anamnesis sebelumnya. Skill ketiga adalah penilaian kemampuan motorik. Alhamdulillah lancar. Skill keempat adalah hecting. Nah, ini dia. Saya tidak selesai melakukan hecting karena saya terkendala penggunaan handschoen sehingga memperlama waktu saya dalam pengerjaan skill. Padahal waktunya hanya 7 menit, alhasil saya tidak menyelesaikan jahitan yang seharusnya sudah dirampungkan dalam waktu itu. Skill kelima adalah balutbidai. Masya allah, karena rasa deg-degan dan penyesalan setelah stase hecting sebelumnya, saya tidak fokus dalam mengerjakan balutbidai. Akibatnya, saya salah dalam teknik membalut luka pasien. Padahal saya selesai lho sampai terakhir, namun sayangnya saat penguji memberitahu saya salah teknik, waktu terburu selesai. Huah, bunyi bel yang menyebalkan. Kriiiing, begitulah suara bel setiap 7 menit berakhir yang tandanya kita harus sudah menyelesaikan setiap stasenya. Saya pun turun dari lantai dua dengan keyakinan “saya remed pasti”. Yap, benar, saya pun memang remed pada hecting dan balut bidai. Namun yang mengejutkan, saya juga remed di peresepan. Padahal ujian ini insya Allah sudah cukup saya persiapkan dengan baik. Kesalahan utama adalah tidak membaca soal, kesalahan inilah yang paling utama membuat saya gagal di ujian ini.

Ketiga. Ujian Remedial. Kali ini saya benar-benar berlatih keras untuk mengerjakan skill yang belum saya kuasai sepenuhnya saat ujian kemarin. Dalam latihan di rumah, saya melakukan penjahitan secepat mungkin dari langkah awal hingga terakhir, alhamdulillah tembus sekitar 5 menit. Dengan pasien pura-pura yaitu mama dan alat pembalutan yaitu scarfnya mama (thanks mom!), saya juga alhamdulillah tembus sekitar 5 menit. Namun sayangnya saat ujian balutbidai, walaupun saya selesai dengan baik, ada sedikit kesalahan yang saya lakukan pada saat pengikatan alat balut. Jujur saja, saya tetap merasa deg-degan hingga hari ini jika mengingatnya. Yang lebih menyeramkan adalah saat remed hecting. Lucunya di kedua ujian remedial ini saya mendapatkan penguji yang sama lho, hihihi… Nah, saat hecting, saya kebagian kloter pertama. Saat bel berbunyi dan saya diperbolehkan masuk ke ruangan, saya terkejut, alat-alatnya belum dipersiapkan. Mannequin yang akan dijahit belum diletakkan di atas meja dan belum ada luka sayatan. Banyak alat-alat yang juga belum dipersiapkan dengan benar di meja operasi. Bahkan gunting yang dipergunakan untuk memegang jarum terasa amat berat dan seret (kurang oli kali ya?). Ya sudah saya harus mempersiapkan dari awal. Saat saya menjahit, dua kali jarum saya patah. Saya sangat deg-degan kala itu, tak henti-hentinya saya membaca basmalah, hingga akhirnya saya menyelesaikan satu jahitan. Saat akan melaksanakan langkah selanjutnya yang harus dilaksanakan, bel berbunyi. Sungguh, jantung saya terasa berhenti sejenak. Hal yang sama terulang kembali!! Bedanya kali ini saya sudah berhasil mengikat jahitannya. Saya pun tidak tahu saya akan lulus dalam remedial ini atau tidak. Benar-benar mohon doa dari semua teman-teman pembaca yang budiman, untuk mengamini doa ini. Semoga saya dan pembaca diluluskan dalam semua ujian, baik yang sudah dilalui, maupun yang akan dilalui, semoga Allah selalu memudahkan kita, aamiin. Tapi tunggu, bagaimana dengan ujian remed peresepan? Alhamdulillah, cukup lancar. Hanya satu hal yang membuat saya masih was-was, saya takut ada satu atau dua komponen kecil yang lupa tidak saya tuliskan. Semoga saja semuanya tertulis, dan apa yang saya tulis bisa membawa kepada kelulusan, aamiin aamiin ya rabbal alamiin…

Keempat. Do’a. Nah, ini ada do’a yang sangat bagus buat teman-teman sekalian. Terkadang saat melakukan ujian, kita (mungkin juga saya) merasa sombong dengan kemampuan kita dan bertawakal kepada kemampuan kita yang sebenarnya amat sangat kecil dan tidak pantas untuk kita sandarkan. Mungkin juga hal itu yang membuat kegagalan kita dalam beberapa hal, misalkan ujian. Untuk itu ada do’a yang sangat bagus, diajarkan oleh kakak saya, sebagai berikut :
“Rabbi laa takkilni ila nafsih thorfatan ‘ainin wa aslihli sya’ni kullah”
Artinya : Ya Tuhanku, jangan biarkan aku bertawakal pada diriku walaupun sekejap mata dan perbaikilah untukku semua keadaanku”

Keempat. Big Decision. Nah yang ini cukup privat sih sebenernya buat dishare, hihihi.. Tapi yang jelas ada sebuah cerita apik dari kakak saya yang benar-benar ingin saya bagi untuk para pembaca. Semoga bermanfaat J

“Jono. Sang pemuda. Ia sedang menatap lukisan yang luar biasa indah dan besar. Pemuda ini sangat terpesona dengannya dan ingin melihatnya lebih jelas. Ia lalu mundur selangkah demi selangkah untuk melihat lukisan secara keseluruhan. Rupanya semakin ia berjalan mundur, ia semakin dekat dengan jurang. Salah satu temannya, Bowo, yang melewati tempat tersebut berteriak. “Hoi Jon, berhenti Jon! Kamu udah dekat jurang tuh!!” Tapi si Jono tetap saja berjalan mundur hingga selangkah lagi ia akan terperosok jurang. Akhirnya Bowo mencoret lukisan itu. Ia coret hingga lukisannya rusak di tengah. “Woi ngapain kamu nyoret lukisan itu!!” Akhirnya Jono lari menghampiri Bowo dan memukulnya. “BUK” gitu bunyinya. Namun saat Jono berpaling untuk melihat ke belakang, ia sadar, ternyata ia memang sudah di ambang jurang. Selangkah lagi, ia mungkin sudah meninggal tertancap duri duri tanaman liar dan terbentur batu karang nan keras. “Wah, maaf Wo, ternyata kamu menyelamatkan hidupku, makasih kawanku…”

Yap, saya memang tidak begitu pintar merangkai kata-kata. Lihat saja cerita yang seharusnya disampaikan dengan indah tapi jadinya begitu, haha.. Ada yang bisa mengambil intinya? Mari kita analogikan dengan sebuah hubungan alias relationship. Semakin kita menjalin hubungan haram bersama sang pasangan (disini digambarkan sebagai lukisan), semakin dekat kita dengan NERAKA. Sungguh! Percayalah! Bukan masalah hubungannya lho, tapi masalah apa yang kita lakukan di dalamnya. Mungkin tidak, orang yang berpacaran seperti ini tidak saling memikirkan satu sama lain? Seharusnya waktu yang digunakan untuk memikirkan si dia bisa kita gunakan untuk berdzikir mengingat Allah dan melakukan hal-hal lain yang lebih bermanfaat. Apalagi kita harus tahu, yang membuat hubungan ini terasa indah adalah Syaithan lho. Mereka bertugas membungkus dan membuat sedemikian hingga kita merasa nikmat akan hubungan ini. Tatapan mata, bersentuhan lawan jenis, memikirkannya terus menerus, masya Allah, lindungi kami dari hal ini, aamiin aamiin… Bukan berarti kita tidak boleh memiliki perasaan cinta, karena itu datang dari Allah, jadi apa yang harus kita lakukan adalah berdoa untuk perlindungan Allah dari godaan setan yang akan menodai cinta kita yang suci. Apalagi kita harus mengingat, siapakah cinta sejati kita? ALLAH SWT!! Bahkan suami dan istri pun seharusnya saling mencintai karena Allah, melindungi pasangannya dari dosa, dari kelalaian beribadah, terjerumus dalam maksiat, dan sebagainya. Toh kalau ada orang pacaran yang mengatasnamakan cinta karena Allah, bisakah mereka benar-benar melaksanakannya dalam hubungan yang haram? Wallahu a’lam. Yang jelas adalah, mari lindungi diri kita dari dosa ini, dan mari perbaiki diri kita ke pribadi yang lebih baik. Saya pun sedang berusaha, jadi mari kita berusaha bersama J insya Allah, usaha kita akan dinilai sebagai jalan kita untuk menjadi makhluk Allah yang shaleh dan shalehah.

Naah, pembaca, demikianlah cerita saya kali ini. Semoga pembaca semua dapat mengambil manfaat dari apa yang saya bagikan ini. Jangan sampai terjerumus di kesalahan yang sama dengan saya yaa, semoga benar-benar bermanfaat bagi kita semua aamiin ya rabbal alamiin.

Wallahu a’lam bis shawab.

4 comments:

  1. Assalamualaikum, terimakasih mas tulisannya sangat membantu. Mas ngomong ngomong SOCA CHEM 1 sangat sulit ya? berhubung saya angkatan 2012 dan akan menghadapi soca chem 1.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikumussalam :)
      sama-sama revi,
      hmmm kalo dibilang sangat sulit sebenernya nggak, cuma kadang2 emang menjebak gitu. ada aja soal (salah satu tipe soal pastinya) yang keluar bukan dari PBL jadi semacam "zonk" dan itu selalu terjadi di setiap SOCA, g cuma CHEM I. yang pasti belajar aja dari PBL, trus tanya2 kakak kelas ttg SOCA taun lalu kira2 tipe soalnya yang kaya apa, sama baca2 basic lecture yg ditekankan misalkan ttg FamMed gitu2.

      Best of Luck!

      Delete
  2. this is incredible experience ! sukses mas bagas : )

    ReplyDelete